Minggu, 12 Oktober 2025

Langkah Strategis Dalam Mengatasi Pengurangan Dana Transfer Ke Daerah Tahun 2026.

      Kita menyadari sepenuhnya bahwa keberlangsungan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada ketersediaan dana yang bersumber dari pemerintah pusat. Dana transfer ke daerah seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Desa yang selama ini menjadi tulang punggung pembiayaan kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik di tingkat pemerintah daerah. Namun ketika terjadi pengurangan dana transfer ke daerah baik karena kebijakan nasional, refocusing anggaran ataupun penyesuaian fiskal akibat dinamika ekonomi global maka tantangan besar muncul dalam menjaga stabilitas fiskal dan kesinambungan pembangunan daerah.

         Dalam situasi tersebut kita dituntut untuk tidak hanya reaktif tetapi proaktif dalam mencari solusi dan strategi adaptif yang mampu menjaga keseimbangan keuangan daerah tanpa mengorbankan pelayanan publik. Kita akan menguraikan strategi komprehensif yang dapat diterapkan dalam mengatasi pengurangan dana transfer mulai dari efisiensi anggaran, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) hingga inovasi dalam tata kelola pemerintahan.

MENYUSUN ULANG PRIORITAS PEMBANGUNAN

     Langkah pertama yang harus diambil adalah melakukan peninjauan ulang terhadap rencana pembangunan daerah. Penyusunan ulang prioritas berdasarkan urgensi, kemanfaatan sosial dan potensi ekonomi rakyat. Program-program yang bersifat konsumtif, seremonial atau tidak berdampak langsung terhadap masyarakat dikurangi atau ditunda. Fokus utama diarahkan pada proyek infrastruktur dasar, kesehatan dasar, pendidikan dasar, pembukaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat.

         Pendekatan ini tidak hanya mengefisienkan penggunaan dana tetapi juga memastikan setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar memberikan nilai tambah bagi daerah. Proses reprioritasisasi dilakukan melalui diskusi terbatas pada intern pemerintah daerah dengan konsultasi publik terbatas untuk memastikan transparansi dan partisipasi masyarakat dengan mengundang para pakar dan praktisi daerah yang berpengalaman.

OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

      Ketika dana transfer ke daerah berkurang maka solusi jangka pendek adalah memperkuat kemandirian fiskal melalui peningkatan PAD. Upaya ini dilakukan dengan memperbaiki sistem pemungutan pajak dan retribusi daerah menggunakan teknologi digital, melakukan pendataan ulang objek pajak, pengembangan objek pajak baru/potensi penerimaan yang belum tergali, menutupi kebocoran pendapatan dengan melakukan integrasi aplikasi pendapatan dengan SIPD, membentuk unit Satuan Pengawasan Internal pada OPD pengelola PAD dan yang tak kalah pentingnya adalah seleksi ulang para pejabat dan staf pengelola PAD yang memiliki integritas tinggi. SDM berintegritas tinggi lebih memiliki kepatuhan menjalankan tugas dibandingkan SDM berintegritas rendah yang seketat apapun pengawasan yang dilakukan tetap memiliki cara untuk melakukan penyimpangan.

      Selain itu pemerintah daerah perlu mengembangkan potensi ekonomi lokal, seperti sektor pariwisata, industri kreatif, pertanian dan perikanan agar mampu memberikan kontribusi langsung terhadap PAD. Misalnya pengembangan destinasi wisata berbasis kearifan lokal tidak hanya meningkatkan pendapatan tiket dan retribusi tetapi juga menumbuhkan ekonomi masyarakat sekitar. Atau pengembangan pelatihan budi daya pangan dan pengolahan pasca panen sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat.

EFISIENSI BIROKRASI DAN REFORMASI TATA KELOLA KEUANGAN

         Pengurangan dana transfer ke daerah menuntut pemerintah daerah untuk bekerja lebih efisien. Salah satu langkah penting adalah memperkuat sistem pengelolaan keuangan daerah melalui penerapan integrasi semua aplikasi pemerintahan daerah yang ada dengan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD). Integrasi sistem ini untuk memastikan bahwa setiap program memiliki dasar perencanaan yang jelas, indikator kinerja yang terukur dan laporan keuangan yang transparan.

            Selain itu, perlu menerapkan mekanisme pengawasan internal yang ketat melalui pengembangan Satuan Pengawasan Internal (SPI) yang melekat pada seluruh OPD untuk mencegah pemborosan dan memastikan penggunaan anggaran tepat sasaran. Keberadaan SPI terbukti efektif di beberapa kementerian. Reformasi birokrasi juga dilakukan dengan menata ulang struktur organisasi agar lebih ramping dan responsif. Efisiensi birokrasi ini terbukti dapat menghemat biaya operasional tanpa menurunkan kualitas pelayanan publik. Tentunya efisiensi birokrasi harus tetap didukung oleh SDM yang berkualitas dan berintegritas agar struktur yang ramping namun kaya fungsi bisa berjalan dengan baik. Tanpa didukung SDM berkualitas dan berintegritas maka struktur ramping kaya fungsi akan berjalan tersendat-sendat atau bisa stagnan.

DIVERSIFIKASI SUMBER PEMBIAYAAN

            Dalam situasi keterbatasan fiskal maka inovasi pembiayaan menjadi solusi strategis. Pemerintah daerah dapat menggandeng investasi sektor swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) untuk membiayai proyek infrastruktur seperti jalan, jembatan, air bersih dan energi. KPBU terbukti efektif apabila proyek infrastruktur memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nilai ekonomi yang tinggi ini tercermin dari dokumen studi kelayakan yang harus disediakan terlebih dahulu dengan memakai anggaran APBD. Selain itu, pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan besar yang berada di daerah juga menjadi alternatif yang efektif untuk mendukung program sosial dan lingkungan.

          Perlu juga mendorong Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar lebih produktif dan berorientasi bisnis dengan membuka unit usaha baru, bukan hanya administratif atau hanya menampung balas budi politik yang berujung pada ketidakefisien BUMD. Dengan tata kelola profesional dan inovasi bisnis, BUMD dapat menjadi sumber PAD baru sekaligus penyokong pembangunan daerah tanpa membebani APBD. Kerjasama BUMD dengan BUMN sejenis dalam rangka kerjasama pengembangan usaha sangat dibutuhkan dalam rangka alih teknologi dan manajemen serta meningkatkan kapasitas SDM.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN EKONOMI LOKAL

            Menghadapi pengurangan dana transfer ke daerah bukan hanya soal keuangan pemerintah tetapi juga soal bagaimana memperkuat daya tahan ekonomi masyarakat. Perlu menerapkan program pemberdayaan ekonomi lokal berbasis potensi desa seperti pengembangan koperasi, UMKM dan ekonomi kreatif. Dukungan pelatihan kewirausahaan, Balai Latihan Kerja (BLK), kemudahan akses permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat dan fasilitasi pemasaran digital menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ekonomi akar rumput. UKMK dan ekonomi kreatif perlu dilatih bagaimana melakukan pemasaran dan transaksi bisnis melalui pemasaran digital yang kini menjamur di kalangan anak muda.

         Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat maka pendapatan daerah pun ikut meningkat melalui pajak dan retribusi. Selain itu ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah berkurang dan ketahanan sosial ekonomi menjadi lebih kuat.

KOLABORASI ANTAR-PEMERINTAH DAN PARTISIPASI PUBLIK

          Dalam situasi fiskal yang menantang maka kolaborasi menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah daerah harus aktif membangun sinergi dengan pemerintah provinsi, kementerian terkait dan antar pemerintah daerah dalam bentuk kerja sama program lintas wilayah. Contohnya, pengembangan kawasan ekonomi terpadu antar kabupaten yang berbagi sumber daya dan infrastruktur. Atau melakukan kerjasama pembangunan di mana program dan kegiatan berbasis pemerintah daerah sedangkan pendanaan dari pemerintah pusat pada kementerian terkait.

          Partisipasi masyarakat juga sangat penting. Perlu membuka ruang bagi warga untuk berkontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan melalui forum publik dan aplikasi digital. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan masyarakat tetapi juga mendorong efektivitas program daerah.

KEPEMIMPINAN ADAPTIF DAN VISIONER

          Kita meyakini bahwa keberhasilan mengatasi pengurangan dana transfer ke daerah tidak hanya bergantung pada kebijakan teknis tetapi juga pada kepemimpinan yang adaptif, inovatif dan visioner. Pemimpin daerah pada semua tingkatan organisasi harus mampu membaca tren ekonomi, berani mengambil keputusan strategis dan tetap fokus pada kesejahteraan rakyat. Komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat juga penting agar daerah mendapatkan dukungan kebijakan dan program yang sejalan dengan kebutuhan daerah.

KESIMPULAN

        Pengurangan dana transfer ke daerah bukanlah akhir dari upaya pembangunan melainkan momentum untuk melakukan transformasi menuju kemandirian fiskal. Dengan perencanaan yang matang, efisiensi birokrasi, optimalisasi PAD dan kepemimpinan yang adaptif di semua tingkatan maka daerah akan mampu bertahan bahkan tumbuh di tengah keterbatasan.

            Kita berkomitmen menjadikan pengurangan dana transfer ke daerah ini sebagai titik awal untuk memperkuat kemandirian ekonomi lokal, meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan dan memastikan kesejahteraan masyarakat tetap menjadi prioritas utama.

 Salam Reformasi.

 Rahmad Daulay.

Kaki Pengunungan Bukit Barisan.

 12 Oktober 2025.