Senin, 24 Juni 2013

Moratorium Lobi Dana


Pada beberapa pemberitaan menyatakan bahwa telah terjadi dugaan tindak pidana korupsi dalam hal pembagian alokasi dana program tertentu yg berhubungan dengan infrastrukturdari dana APBN yang akan dibagikan ke pemerintah daerah. Pada pemberitaan terkini dinyatakan bahwa telah terjadi dugaan tindak pidana korupsi pembagian alokasi dana dana APBD propinsi program yang berhubungan dengan infrastruktur yang akan dibagikan ke pemerintah daerah di bawahnya.

Saya tak habis pikir, bukankah sudah jelas pembagian tugas antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Seharusnya sudah jelas batasan urusan penggunaan anggaran APBN dan APBD ? Apakah sudah demikian berlebihan jumlah dana APBN sehingga sebagian di antaranya harus dibagi-bagikan ke daerah ? Apakah urusan wajib sudah dipenuhi sehingga dana dibagikan ke daerah ?

Sepanjang pengamatan saya, masih banyak urusan wajib pemerintah pusat yang belum terselesaikan sehingga dana pemerintah pusat tak perlu dibagi-bagikan ke daerah. Masih banyak urusan wajib pemerintah propinsi yang belum terselesaikan sehingga dana pemerintah propinsi tak perlu dibagi-bagikan ke daerah.  

Menuju Ramadhan 2013


Tak terasa bulan ramadhan telah di depan mata. Ramadhan ditandai dengan masa awal pemberlakuan kenaikan harga BBM.

Kenaikan harga BBM dimaknai sebagai peran sosial rakyat atas pengurangan subsidi BBM pada APBN di mana semua lapisan rakyat menanggung konsekuensi kenaikan harga-harga bahan pokok sebagai akibat dari naiknya ongkos produksi dengan komponen modal dari bahan bakar minyak.

Peran sosial rakyat ini juga dimaknai untuk hidup lebih hemat lagi. Dengan kata lain untuk hidup lebih berat lagi.

Salah satu target sosial pelaksanaan ibadah puasa di bulan ramadhan adalah pembinaan untuk hidup hemat. Menahan hawa nafsu konsumerisme. Namun praktek di lapangan ternyata sebaliknya. Momen bulan ramadhan selalu menunjukkan momen baju baru, sepatu baru, sandal baru, cat rumah baru, dan baruisme lainnya yang semuanya dikategorikan sebagai konsumerisme. Sampai di sini tidak masalah asalkan konsumsinya tidak berlebihan. Namun yang sering dikeluhkan adalah konsumerisme negatif terutama pada kembang api/petasan dan pistol/senapan mainan berpeluru. Konsumsi kembang api/petasan bertolak belakang dengan spirit hidup hemat. Terutama kembang api/petasan berdaya ledak sedang dan tinggi yang dentumannya sangat mengganggu kenyamanan dan ketenangan ibadah dan istirahat malam. Sedangkan konsumsi pistol/senapan mainan berpeluru ini marak pada saat lebaran. Konsumsi ini juga bertolak belakang dengan spirit hidup hemat. Juga sangat mengganggu ketenangan berlebaran terutama kepada para pengguna jalan raya yang berkendaraan. Anak-anak di pinggir jalan sering mengganggu para pengguna jalan dengan tembakan pistol/senapan mainan berpeluru. Tak tak jarang tembakan ini mengenai mata orang.

Desakralisasi Kenaikan Harga BBM


Kenapa rencana kenaikan harga BBM begitu sakral dan menghabiskan energi begitu besar terhadap bangsa ini ?

Tak lain dan tak bukan adalah diakibatkan beban berat APBN akibat kenaikan harga minyak dunia dibebankan begitu saja ke pundak rakyat dengan cara menaikkan harga BBM dalam negeri. Rakyat tidak bisa menerima argumen bahwa subsidi BBM salah sasaran yang katanya dinikmati oleh orang kaya. Padahal kenyataannya bila harga BBM dinaikkan toh semua harga ikut naik dan dampaknya paling dirasakan oleh orang miskin.

Saya berpikir apakah rakyat akan marah terhadap rencana kenaikan harga BBM apabila itu adalah jalan terakhir dan pemerintah ternyata telah menempuh semua cara lain selain menaikkan harga BBM ?

Pertanyaan ini cukup signifikan untuk menjawab pertanyaan apakah kabinet yang dipenuhi oleh para profesor doktor itu merupakan kumpulan para putra terbaik bangsa yang memiliki kemampuan lebih dan tidak hanya bisa menaikkan harga BBM tapi memiliki solusi lain yang lebih brilyan.

Terlalu naif apabila disebut ide brilyan karena ide selain menaikkan harga BBM telah berseliweran di tengah masyarakat. Maksimalisasi penerimaan negara, memperkecil kebocoran anggaran, efektifitas dan efisiensi anggaran dan pengembangan energi alternatif adalah solusi yang telah beredar di tengah - tengah masyarakat yang seharusnya ditempuh terlebih dahulu sebelum menaikkan harga BBM.

Rencana Kenaikan Harga BBM 2012


BBM direncanakan naik lagi. Efeknya sudah jelas, harga-harga akan naik justru melebihi persentase kenaikan harga BBM tersebut.

Penimbunan dan antrian BBM akan terjadi menjelang detik-detik kenaikan harga BBM. Para spekulan akan memanfaatkan momen ini. Sementara di SPBU akan terjadi antrian panjang akibat psikologis kenaikan harga tersebut menyebabkan para pemilik kenderaan berusaha selalu mengisi tanki bahan bakar penuh terus. Padahal pada hari-hari biasa dengan tanki hanya berisi sisa 1 liter saja orang santai-santai saja. Untuk itu maka perlu kiranya kebiasaan antrian di SPBU dan penimbunan BBM ini dihilangkan dengan mengumumkan waktu pemberlakuan kenaikan harga BBM tersebut bukan pada waktu ang sebenarnya tapi dengan menambahi 2 bulan ke depan. Misalnya rencana aktual kenaikan harga BBM tersebut pada bulan April maka diumumkan secara resmi bahwa kenaikan harga BBM akan diberlakukan efektif mulai bulan Juni sehingga menjelang April masyarakat tidak melakukan antrian di SPBU dan penimbunan BBM. Dan tiba2 bulan Aprilnya dilakukan kenaikan harga BBM secara mendadak.

Satu hal lagi yang perlu dicermati akibat dari kenaikan harga BBM tersebut adalah dilema pada proyek APBN/APBD 2012 pada pengadaan barang/jasa yang direncanakan pada tahun 2011 dengan harga tahun 2011. Bila direncanakan pada tahun 2011 tapi dilaksanakan tahun 2012 dengan kondisi harga BBM naik maka konsekuensinya harga satuan pada APBN/APBD tahun 2012 sudah tidak akurat lagi yang menyebabkan para pengusaha pelaksana proyek bisa mengalami kerugian, atau mungkin untuk menutupinya mereka mengurangi kualitas proyek. Untuk itu maka perlu kiranya Kementrian Keuangan mengeluarkan semacam koefisien pengkali satu koma sekian untuk mengkompensasi faktor kenaikan harga BBM tersebut terhadap harga satuan barang/jasa pada proyek APBN/APBD. Biasanya para pengusaha meminta eskalasi harga yang akan selalu ditolak karena tidak memenuhi syarat eskalasi harga.

Mudik dan Urbanisasi


Bagaikan jadwal tahunan, mudik lebaran sudah merupakan rutinitas masyarakat desa yang bekerja di kota. Jalanan dipenuhi kenderaan baik roda dua maupun roda empat. Kereta api dipenuhi penumpang, bahkan melebihi kapasitas yang seharusnya. Pesawat terbang pun tak luput dari sarana mudik.

Selesai lebaran, para pemudik kembali ke kota tempat mereka bekerja. Apakah yang kembali ke kota hanyalah para pemudik sebelumnya ??? Ternyata tidak. Karena sewaktu mereka sedang mudik di daerah asalnya mereka bercerita kepada keluarga betapa kota adalah tempat yang menjanjikan terutama tentang pekerjaan. Walaupun mereka tidak bercerita apa – apa, namun keluarga mereka melihat betapa hidup di kota menjanjikan hidup yang lebih baik, terutama masalah pekerjaan. Mulailah keinginan untuk ikut ke kota disampaikan dan demi keluarga maka si pemudik bersedia membawa kenalan atau sanak familinya untuk ikut ke kota.

Dan arus balik pun dipenuhi oleh para urban baru.

Tidak mudah menyalahkan kaum urban baru yang menyerbu perkotaan untuk mencari pekerjaan, terutama ke Jakarta. Walaupun berita di media massa dan media elektronik menunjukkan Jakarta macet dan terancam lumpuh, hal itu tidak menyurutkan kaum urban baru untuk menyerbu jakarta. Jangankan kaum urban pasca mudik, saya saja masih menyimpan keinginan untuk ikut menyerbu Jakarta.

Malam 1000 Bulan


Tuan Santun (nama bukan sebenarnya), demikianlah namanya. Seorang yang rajin berpuasa setiap bulan ramadhan.

Tuan Santun seorang yang suka memerhatikan situasi sosialnya. Suasana ramadhan baginya sudah meleset dan keluar dari jalurnya. Budaya konsumtif bulan puasa sudah tidak masuk akal lagi baginya. Padahal salah satu misi ibadah puasa adalah menanamkan pola hidup sederhana. Dan praktek yang terjadi adalah pamer segala – galanya. Bulan puasa tak lebih dari bulan penantian datangnya lebaran dan pemeran baju baru, sepatu baru, kue baru, dan pameran keberhasilan di perantauan bagi yang mudik.

Malam itu Tuan Santun punya kegelisahan baru, apa itu malam 1000 bulan.

1000 bulan berarti 83,33 tahun. Apakah itu maksudnya ?