Jumat, 30 Agustus 2013

Kebakaran Lahan Gambut dan Banjir Buatan


Cerita kebakaran hutan seakan tak pernah habis di negeri ini. Kebakaran hutan yang asapnya bukan hanya menyelimuti daerah sekitarnya tapi asapnya menyelimuti antar propinsi, bahkan antar negara. Langit yang begitu luas seakan tak bisa menetralkan yang namanya asap. Gunung yang menjulang tinggi tenggelam dalam keperkasaan asap.

Kebakaran hutan selalu identik dengan pembakaran lahan perkebunan namun cerita ini hilang lenyap ditelan isu kebakaran hutan akibat kebakaran lahan gambut yang berdekatan dengan hutan yang terbakar.

Bila dilihat dari kondisi geografisnya maka lahan gambut sebagian besar berada di bawah permukaan tanah. Hanya sebagian kecil yang berada di atas permukaan tanah. Akibatnya maka kebakaran lahan gambut sering tidak terdeteksi. Kebakaran lahan gambut hanya bisa terdeteksi apabila apinya telah menyerang lahan dan hutan di sekitarnya. Dan tentu kebakaran hutan ini tidak mudah memadamkannya.

Upaya yang sering dilakukan adalah pemadaman dengan hujan buatan. Berton-ton garam ditebar di langit dengan harapan terjadi hujan buatan. Hujan buatan itupun akhirnya tumpah dari langit dan berhasil memadamkan kebakaran hutan. Namun itu hanya untuk beberapa saat. Ketika cuaca panas kembali dan berhasil membuat lahan gambut membara maka hutan terdekat dari lahan gambut yang terbakar itupun kembali terbakar. Asap kembali menyelimuti langit sekitar, langit antar propinsi dan langit antar negara. Kembali pemerintah dibuat pusing, berton-ton garam kembali ditebar di langit dan hujan buatanpun kembali tumpah dari langit. Demikian seterusnya biaya besar untuk hujan buatan hanya bisa memadamkan api kebakaran hutan untuk beberapa saat.

Apakah hujan buatan merupakan satu-satunya cara untuk memadamkan kebakaran hutan ?

Bila memang kebakaran hutan itu merupakan dampak dari kebakaran lahan gambut yang sebagian besar berada di bawah permukaan tanah maka sudah barang tentu selain hujan buatan maka sudah perlu dipikirkan efektifitas dari banjir buatan pada wilayah lahan gambut. Metode banjir buatan akan memakan biaya besar untuk membuat saluran paret atau pipa namun pada operasionalnya justru akan lebih murah dibanding pembuatan hujan buatan. Sumber air bisa dipompa dari laut atau dialirkan dari sungai yang permukaannya jauh di atas permukaan lahan gambut atau diambil dari sungai di pegunungan terdekat. Sistem saluran paret atau sistem saluran pipa air ini dibuat sedemikian rupa agar bisa menjangkau seluruh lahan gambut yang berada di bawah permukaan tanah atau didesain agar bisa menjangkau lahan gambut yang berada di atas permukaan tanah. Sistem buka tutup saluran paret atau saluran pipa ini akan memegang kunci penting untuk membanjiri wilayah lahan gambut yang terbakar sehingga kebakaran hutan yang diakibatkan oleh lahan gambut bisa diminimalisir tanpa harus memakai metode hujan buatan.

Tentunya banjir buatan ini akan merobah ekosistem lahan gambut namun kita dihadapkan pada pilihan-pilihan dan prioritas yang mana setiap pilihan memiliki konsekuensi positif dan konsekuensi negatif. Walau bagaimanapun juga kebakaran hutan bukan hanya sekedar menghasilkan asap yang menyelimuti langit namun juga membawa kerugian kesehatan, transportasi udara, hubungan baik antar negara dan kerugian materil non materil lainnya.

Air laut yang berlimpah dan air sungai yang berlimpah merupakan potensi dan karunia Tuhan yang tak pernah kita manfaatkan untuk memadamkan kebakaran hutan.

Salam.

Rahmad Daulay

30 agustus 2013.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar