Tidak mudah untuk mencari orang
yang punya bakat lobying. Bakat lobying ini seperti pisau bermata dua yang bisa
dipakai untuk hal positif dan hal negatif. Apabila dipakai untuk hal positif
maka kan memberi manfaat bagi rakyat. Apabila dipakai untuk hal negatif maka
akan memberi mudharat dan kesengsaraan pada rakyat.
Pada kasus impor daging sapi yang
kini ditangani KPK, terdapat salah seorang tersangka yang konon katanya seorang
jago lobying. Tentunya hal ini sudah berlangsung sejak lama tapi baru kali ini
terungkap. Dalam berbisnis, lobying adalah sesutu hal yang biasa. Dalam
persaingan bisnis justru lobying memegang peranan besar dalam kesuksesan
bisnis. Dalam bisnis pada proyek pemerintah, proyek pemerintah seharusnya
ditender terbuka, apalagi dengan keberadaan tender online seharusnya pintu
lobying menjadi tertutup. Kuota impor daging sapi sudah seharusnya dirubah
dengan sistem tender terbuka atau diserahkan saja ke bulog atau BUMN sebagai
importir.
Terlepas dari permainan dan
intrik bisnis, lobying adalah sesuatu yang menarik. Dengan tidak
mengesampingkan kualitas maka kekuatan lobying menjadi penentu dan bisa merubah
kata tidak menjadi ya. Dan tidak mudah untuk bisa melakukan lobying.
Dalam kasus impor daging sapi,
lobying dipergunakan tidak pada tempat yang seharusnya. Dalam beberapa kali
pemberitaan yang disiarkan media elektronik swasta, saya sering membayangkan
seandainya keterampilan lobying ini diarahkan secara sistemik untuk kepentingan
negara terutama dalam bentuk lobying arus investasi dari negara-negara sahabat
yang secara historis memiliki kedekatan dengan Indonesia seperti negara-negara
timur tengah kaya minyak. Banyak mega proyek yang tertunda akibat ketiadaan
investor seperti jembatan selat sunda, kereta api super cepat Jakarta-Surabaya,
jalan tol trans sumatra, perluasan beberapa bandara, perluasan kapasitas
pelabuhan laut, proyek cetak sejuta hektare lahan pertanian dan lain
sebagainya. Seandainya keterampilan lobying ini dipergunakan untuk menarik arus
investasi untuk mega proyek ini tentu akan sangat bermanfaat terhadap rakyat.
Sebenarnya bukan hanya satu sosok
dalam episode kasus impor daging sapi yang menampilkan sosok jago lobying. Juga
ada sosok lain yang juga seorang jago lobying namun sosok tersebut justru
menjadi sosok misterius akibat banyaknya analisis dan prasangka yang
berkembang. Namun saya tetap melihat bahwa potensi keterampilan lobying ini
seharusnya bisa diarahkan pada hal yang bermanfaat. Apabila ternyata selama ini
terjadi kekhilafan, bisa saja itu terjadi mengingat iklim yang berkembang pada
atmosfer perpolitikan saat ini memang dominannya ke sana. Namun saya masih
melihat bahwa potensi keterampilan lobying mereka seharusnya bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan bangsa dan negara dalam bentuk menarik arus investasi. Atau
jangan-jangan mereka yang berketerampilan lobying ini bisa juga menyelesaikan
masalah divestasi pertambangan yang sampai saat ini masih mengalami kebuntuan.
Sebagai pisau bermata dua,
lobying perlu dimanfaatkan pada sisi yang tak pernah dipakai. Dan itu perlu
diuji coba.
Saya sendiri beranggapan apabila
salah seorang tersangka yang jago lobying ini ternyata divonis bersalah dengan
hukuman penjara sekian tahun, apabila yang bersangkutan menyanggupi untuk
mendatangkan arus investasi asing sebanyak 100 trilyun dalam jangka waktu 5
tahun dan bisa direalisasikan maka saya setuju bila yang bersangkutan diberi remisi
bebas 100 %. Toh bila di penjarapun
keberadaannya hanya akan menghabiskan anggaran negara (gaji pegawai, listrik,
konsumsi dll).
Salam reformasi.
Rahmad Daulay
25 oktober 2013.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar