Jumat, 25 Oktober 2013

Bakat Lobying


Tidak mudah untuk mencari orang yang punya bakat lobying. Bakat lobying ini seperti pisau bermata dua yang bisa dipakai untuk hal positif dan hal negatif. Apabila dipakai untuk hal positif maka kan memberi manfaat bagi rakyat. Apabila dipakai untuk hal negatif maka akan memberi mudharat dan kesengsaraan pada rakyat.

Pada kasus impor daging sapi yang kini ditangani KPK, terdapat salah seorang tersangka yang konon katanya seorang jago lobying. Tentunya hal ini sudah berlangsung sejak lama tapi baru kali ini terungkap. Dalam berbisnis, lobying adalah sesutu hal yang biasa. Dalam persaingan bisnis justru lobying memegang peranan besar dalam kesuksesan bisnis. Dalam bisnis pada proyek pemerintah, proyek pemerintah seharusnya ditender terbuka, apalagi dengan keberadaan tender online seharusnya pintu lobying menjadi tertutup. Kuota impor daging sapi sudah seharusnya dirubah dengan sistem tender terbuka atau diserahkan saja ke bulog atau BUMN sebagai importir.

Terlepas dari permainan dan intrik bisnis, lobying adalah sesuatu yang menarik. Dengan tidak mengesampingkan kualitas maka kekuatan lobying menjadi penentu dan bisa merubah kata tidak menjadi ya. Dan tidak mudah untuk bisa melakukan lobying.


Dalam kasus impor daging sapi, lobying dipergunakan tidak pada tempat yang seharusnya. Dalam beberapa kali pemberitaan yang disiarkan media elektronik swasta, saya sering membayangkan seandainya keterampilan lobying ini diarahkan secara sistemik untuk kepentingan negara terutama dalam bentuk lobying arus investasi dari negara-negara sahabat yang secara historis memiliki kedekatan dengan Indonesia seperti negara-negara timur tengah kaya minyak. Banyak mega proyek yang tertunda akibat ketiadaan investor seperti jembatan selat sunda, kereta api super cepat Jakarta-Surabaya, jalan tol trans sumatra, perluasan beberapa bandara, perluasan kapasitas pelabuhan laut, proyek cetak sejuta hektare lahan pertanian dan lain sebagainya. Seandainya keterampilan lobying ini dipergunakan untuk menarik arus investasi untuk mega proyek ini tentu akan sangat bermanfaat terhadap rakyat.

Sebenarnya bukan hanya satu sosok dalam episode kasus impor daging sapi yang menampilkan sosok jago lobying. Juga ada sosok lain yang juga seorang jago lobying namun sosok tersebut justru menjadi sosok misterius akibat banyaknya analisis dan prasangka yang berkembang. Namun saya tetap melihat bahwa potensi keterampilan lobying ini seharusnya bisa diarahkan pada hal yang bermanfaat. Apabila ternyata selama ini terjadi kekhilafan, bisa saja itu terjadi mengingat iklim yang berkembang pada atmosfer perpolitikan saat ini memang dominannya ke sana. Namun saya masih melihat bahwa potensi keterampilan lobying mereka seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara dalam bentuk menarik arus investasi. Atau jangan-jangan mereka yang berketerampilan lobying ini bisa juga menyelesaikan masalah divestasi pertambangan yang sampai saat ini masih mengalami kebuntuan.

Sebagai pisau bermata dua, lobying perlu dimanfaatkan pada sisi yang tak pernah dipakai. Dan itu perlu diuji coba.

Saya sendiri beranggapan apabila salah seorang tersangka yang jago lobying ini ternyata divonis bersalah dengan hukuman penjara sekian tahun, apabila yang bersangkutan menyanggupi untuk mendatangkan arus investasi asing sebanyak 100 trilyun dalam jangka waktu 5 tahun dan bisa direalisasikan maka saya setuju bila yang bersangkutan diberi remisi bebas 100 %.  Toh bila di penjarapun keberadaannya hanya akan menghabiskan anggaran negara (gaji pegawai, listrik, konsumsi dll).

Salam reformasi.

Rahmad Daulay

25 oktober 2013.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar