Jumat, 22 Februari 2013

Pemilu


Kondisi politik kontemporer memang sering membuat kejutan. Kejutan terakhir adalah pergantian penentuan calon legislatif dari sistem nomor urut menjadi sistem suara terbanyak. Para kader partai yang sudah merasa berjasa pada partai dan menempati nomor jadi merasa keberatan dengan sistem suara terbanyak. Sementara para kader populer dan memiliki massa yang ril di akar rumput berpeluang besar memenangkan pemilu legislatif.

Tapi penilaian di atas terlalu naif. Fenomena politik kontemporer keIndonesiaan adalah fenomena politik uang. Politik uang berjalan pada umumnya di pedesaan yang mana kesadaran politiknya sangat rendah. Diperkirakan para pelaku politik uang akan memenangkan pemilu legislatif di dapem dan dapil pedesaan.

Kenapa politik uang begitu berjaya ?????

Secara sederhana seorang pemilih memilih calonnya hanya berdasarkan tiga kategori : keluhan, kebutuhan dan kebanggaan. Seorang pemilih akan memilih calonnya apabila sang caleg diyakini bisa menghilangkan keluhannya selama ini, atau diyakini bisa memenuhi kebutuhannya selama ini, atau diyakini akan menumbuhkan rasa kebanggaan pada dirinya.


Sekarang apa yang akan dijanjikan oleh sang caleg dari tiga kategori sederhana tersebut ?

Faktor kedekatan keluarga, pertemanan, ikatan ideologis dan kedaerahan akan membangkitkan rasa kebanggaan sang pemilih yang apabila sang caleg berhasil menang maka si pemilih akan ikut senang dan bangga.

Faktor janji – janji kampanye sang caleg akan membuat si pemilih yang apabila percaya pada janji – janji kampenye yang bertema pembangunan, pemenuhan kebutuhan dan mengatasi keluhan tersebut akan membuat si pemilih akan memilih sang caleg yang berjanji tersebut.

Namun apabila kedua hal di atas tidak terpenuhi maka sang pemilih akan menjatuhkan pilihan pada pemenuhan kebutuhan singkat atau sangat singkat yaitu AMPLOP. Keberadaan amplop akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya 1 atau 2 hari. Yang lebih singkat lagi adalah bisa memenuhi kebutuhan rokoknya. Yang cukup mulia adalah amplop tersebut bisa memenuhi kebutuhan sekolah, kesehatan keluarga, beli kuali, piring, sendok, cangkul atau modal usahanya. Sehingga jangan salahkan rakyat apabila amplop menjadi pilihan utamanya.

Salam reformasi

Rahmad Daulay

18 januari 2009

*   *   *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar