Jumat, 25 Januari 2013

KPK oh KPK



Sebenarnya agenda pemberantasan korupsi dengan pola penangkapan dan penghukuman tidak begitu menarik bagiku, setidaknya sampai saat ini. Bagaimana tidak menarik, penangkapan koruptor jalan terus, kaderisasi alami koruptor jalan terus. Penghukuman jalan terus, kerugian negara tidak dikembalikan. Kerugian negara milyaran dan trilyunan, denda hukuman cuma ratusan juta rupiah

Dulu pernah saya berpikir, bahwa agenda pemberantasan korupsi akan mengalami yang namanya kontraproduktif di mana gerakan pemberantasan korupsi dengan pola penangkapan dan penghukuman justru akan menghambat tujuan pemberantasan korupsi itu sendiri. Hukum aksi reaksi dari Newton menjadi dasar di mana seorang koruptor akan membentengi dirinya dan akan membuat gerakan perlawanan semaksimal mungkin serta justru membuat suatu gerakan pembalasan yang arahnya bisa secara acak bisa juga berjalan sistematis. Dan kini kita lihat secara jelas, institusi yang berada di garda depan pemberantasan korupsi malah asyik berkonflik ria sementara para koruptor bertepuk tangan melihatnya.


Kita tidak perlu menyalahkan siapa – siapa, apalagi mencoba menerka akan kemana arah konflik KPK – Polri itu akan berujung. Yang perlu kita pikirkan adalah apa yang salah dengan semuanya ini, jangan – jangan yang salah bukan para koruptor tapi kita sendiri yang bersalah.

Mari kita renungkan sejenak. Bila diibaratkan uang negara adalah padi. Birokrasi adalah lumbung padi. Koruptor adalah tikus pemakan padi. Lembaga pemberantasan korupsi adalah pemburu / penembak tikus. Sang tikus melihat betapa terbuka lebarnya lumbung padi, bisa masuk dari arah mana saja, bisa dari pintu depan, bisa dari pintu belakang, bisa dari atap, bisa dari dinding, bisa dari lantai, bisa dari gerobak pembawa padi, dan yang lebih dahsyat adalah bisa dari samping kaki pemburu / penembak tikus. Dan yang lebih mengerikan adalah padi menjelma menjadi tikus. Lumbung padi akan diserbu oleh ribuan tikus, sementara pemburu / penembak tikus jumlahnya terbatas, apalagi pelurunya lebih terbatas lagi. Sang tikus selain melahap padi di lumbungnya juga sempat beranak pinak di atas tumpukan padi, sempat berlatih bagaimana melahap padi, sementara sang pemburu / penembak tikus mulai terganggu kekuatannya akibat kehabisan tenaga juga terkena virus dan penyakit yang dibawa oleh tikus. Demikianlah perumpamaan yang terjadi pada agenda pemberantasan korupsi di tanah air tercinta ini. Tragis, perumpamaannya malah sesama pemburu / penembak tikus malah saling tembak dengn sesamanya. Tragis, perumpamaannya tembakan sang pemburu / penembak tikus justru merusak padi – padi itu sendiri.

Sampai kapan akan terjadi seperti ini ? Atau jangan – jangan secara tidak sengaja kita memelihara kondisi yang seperti ini dan kita menikmatinya demi kepuasan batin masing – masing ???

Mari kita berpikir secara sehat. Tikus tidak akan masuk ke lumbung padi apabila tidak ada jalan masuk ke lumbung padi. Kalaupun jalan menuju lumbung padi sudah terbentengi sedemikian rupa, dan ternyata sang tkus masih bisa membuat jalan masuk yang dibuatnya sendiri maka sang pemburu / penembak tikus sudah siap secara cepat menembak tikus sebelum tikus sempat memakan padi. Perumpamaan seperti inilah yang sebenarnya kita butuhkan dalam agenda pemberantasan korupsi.

Mari kita instropeksi diri. Sudah seberapa jauh, atau seberapa dekat, kita membangun sistem birokrasi administrasi pemerintahan yang tangguh yang terbentengi secara sistemik sehingga usaha korupsi sulit dilakukan ??? Salah satu contoh saja, elektronisasi birokrasi seperti e-procurement / pelelangan secara elektronik, sudah sejauh mana sistem ini dilaksanakan di semua instansi pemerintahan ??? Yang saya tahu statusnya masih dalam tahap “dianjurkan”. Belum lagi pola promosi jabatan yang nyaris tanpa pola, hanya bermodal pangkat saja tanpa mengindahkan basis latar belakang keilmuan dan kemampuan bisa menduduki jabatan apa saja. Belum lagi sistem penggajian yang “pintar goblok penghasilan sama, rajin malas penghasilan sama”. Dan masih banyak lagi.

Sekali lagi mari kita instrospeksi diri, mari kita bangun sistem birokrasi administrasi pemerintahan yang tangguh, yang memiliki antivirus yang autodetect langsung mengclean setiap virus yang mencoba masuk dan antivirus yang terupdate secara otomatis setiap saat.

Lantas, bagaimana memulainya ??? Dan dari mana mulai bergerak ??? Tenang saja, kita punya ribuan orang pintar di negeri ini yang siap memikirkan dan mengkonsep serta mendesain sebuah sistem birokrasi administrasi pemerintahan yang tangguh, setangguh Candi Borobudur, sehebat Gajah Mada, segesit pesawat Sukhoi dan seindah Luna Maya.

Salam repormasi.

Rahmad Daulay

28 september 2009

*  *  *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar