Sebenarnya agenda pemberantasan
korupsi dengan pola penangkapan dan penghukuman tidak begitu menarik bagiku,
setidaknya sampai saat ini. Bagaimana tidak menarik, penangkapan koruptor jalan
terus, kaderisasi alami koruptor jalan terus. Penghukuman jalan terus, kerugian
negara tidak dikembalikan. Kerugian negara milyaran dan trilyunan, denda
hukuman cuma ratusan juta rupiah
Dulu pernah saya berpikir, bahwa
agenda pemberantasan korupsi akan mengalami yang namanya kontraproduktif di
mana gerakan pemberantasan korupsi dengan pola penangkapan dan penghukuman
justru akan menghambat tujuan pemberantasan korupsi itu sendiri. Hukum aksi
reaksi dari Newton
menjadi dasar di mana seorang koruptor akan membentengi dirinya dan akan
membuat gerakan perlawanan semaksimal mungkin serta justru membuat suatu
gerakan pembalasan yang arahnya bisa secara acak bisa juga berjalan sistematis.
Dan kini kita lihat secara jelas, institusi yang berada di garda depan
pemberantasan korupsi malah asyik berkonflik ria sementara para koruptor bertepuk
tangan melihatnya.
Kita tidak perlu menyalahkan
siapa – siapa, apalagi mencoba menerka akan kemana arah konflik KPK – Polri itu
akan berujung. Yang perlu kita pikirkan adalah apa yang salah dengan semuanya
ini, jangan – jangan yang salah bukan para koruptor tapi kita sendiri yang
bersalah.
Mari kita renungkan sejenak. Bila
diibaratkan uang negara adalah padi. Birokrasi adalah lumbung padi. Koruptor
adalah tikus pemakan padi. Lembaga pemberantasan korupsi adalah pemburu / penembak
tikus. Sang tikus melihat betapa terbuka lebarnya lumbung padi, bisa masuk dari
arah mana saja, bisa dari pintu depan, bisa dari pintu belakang, bisa dari
atap, bisa dari dinding, bisa dari lantai, bisa dari gerobak pembawa padi, dan
yang lebih dahsyat adalah bisa dari samping kaki pemburu / penembak tikus. Dan
yang lebih mengerikan adalah padi menjelma menjadi tikus. Lumbung padi akan
diserbu oleh ribuan tikus, sementara pemburu / penembak tikus jumlahnya
terbatas, apalagi pelurunya lebih terbatas lagi. Sang tikus selain melahap padi
di lumbungnya juga sempat beranak pinak di atas tumpukan padi, sempat berlatih
bagaimana melahap padi, sementara sang pemburu / penembak tikus mulai terganggu
kekuatannya akibat kehabisan tenaga juga terkena virus dan penyakit yang dibawa
oleh tikus. Demikianlah perumpamaan yang terjadi pada agenda pemberantasan
korupsi di tanah air tercinta ini. Tragis, perumpamaannya malah sesama pemburu
/ penembak tikus malah saling tembak dengn sesamanya. Tragis, perumpamaannya
tembakan sang pemburu / penembak tikus justru merusak padi – padi itu sendiri.
Sampai kapan akan terjadi seperti
ini ? Atau jangan – jangan secara tidak sengaja kita memelihara kondisi yang
seperti ini dan kita menikmatinya demi kepuasan batin masing – masing ???
Mari kita berpikir secara sehat.
Tikus tidak akan masuk ke lumbung padi apabila tidak ada jalan masuk ke lumbung
padi. Kalaupun jalan menuju lumbung padi sudah terbentengi sedemikian rupa, dan
ternyata sang tkus masih bisa membuat jalan masuk yang dibuatnya sendiri maka
sang pemburu / penembak tikus sudah siap secara cepat menembak tikus sebelum tikus
sempat memakan padi. Perumpamaan seperti inilah yang sebenarnya kita butuhkan
dalam agenda pemberantasan korupsi.
Mari kita instropeksi diri. Sudah
seberapa jauh, atau seberapa dekat, kita membangun sistem birokrasi
administrasi pemerintahan yang tangguh yang terbentengi secara sistemik
sehingga usaha korupsi sulit dilakukan ??? Salah satu contoh saja, elektronisasi
birokrasi seperti e-procurement / pelelangan secara elektronik, sudah sejauh
mana sistem ini dilaksanakan di semua instansi pemerintahan ??? Yang saya tahu
statusnya masih dalam tahap “dianjurkan”. Belum lagi pola promosi jabatan yang
nyaris tanpa pola, hanya bermodal pangkat saja tanpa mengindahkan basis latar
belakang keilmuan dan kemampuan bisa menduduki jabatan apa saja. Belum lagi
sistem penggajian yang “pintar goblok penghasilan sama, rajin malas penghasilan
sama”. Dan masih banyak lagi.
Sekali lagi mari kita instrospeksi
diri, mari kita bangun sistem birokrasi administrasi pemerintahan yang tangguh,
yang memiliki antivirus yang autodetect langsung mengclean setiap virus yang
mencoba masuk dan antivirus yang terupdate secara otomatis setiap saat.
Lantas, bagaimana memulainya ???
Dan dari mana mulai bergerak ??? Tenang saja, kita punya ribuan orang pintar di
negeri ini yang siap memikirkan dan mengkonsep serta mendesain sebuah sistem
birokrasi administrasi pemerintahan yang tangguh, setangguh Candi Borobudur,
sehebat Gajah Mada, segesit pesawat Sukhoi dan seindah Luna Maya.
Salam repormasi.
Rahmad Daulay
28 september 2009
*
* *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar