Jumat, 22 Maret 2013

BBM : Kelangkaan dan Subsidi


BBM bersubsidi langka. Dan ini mengerikan. Mengerikan bukan karena BBM bersubsidi langka. Namun mengerikan karena kabinet yang dipenuhi dengan para profesor doktor dan profesional ternyata tidak mampu mengatasi masalah BBM dari begitu banyak alternatif yang ada. Bahkan mencoba-coba untuk meminjam tangan MUI untuk menggertak rakyat.

BBM bersubsidi langka. Dan ini kontraproduktif terhadap geliat ekonomi rakyat di mana BBM merupakan urat nadi perekonomian. BBM bersubsidi langka sama saja dengan menghambat dinamika ekonomi rakyat. Dan juga menghambat produktifitas. Waktu yang habis untuk mengantri BBM bersubsidi merupakan bencana tersendiri bagi rakyat. Cabe dan tomat yang berada di mobil pengangkut yang tadinya segar baru dipetik pak tani setelah antri berjam-jam di SPBU akan layu dan tak segar lagi.

Memang BBM bersubsidi langka di SPBU. Namun di pangkalan BBM eceran pinggir jalan malah BBM bersubsidi seperti dibanjiri suplai yang entah darimana asalnya. Dan harganyapun melambung tinggi memanfaatkan situasi. Tak heran apabila BBM eceran pinggir jalan walaupun pasang harga berkisar 6 ribu sampai dengan 8 ribu perliter namun demi waktu yang demikian penting maka BBM eceran pinggir jalanpun dibeli orang. Bahkan saya yakin apabila BBM eceran pinggir jalan tersebut pasang harga 10 ribu perliter pasti akan dibeli orang yang merasa butuh dan mampu membelinya.


Saya melihat dari fenomena BBM eceran pinggir jalan ini sebenarnya rakyat yang ekonominya kelas menengah ke atas mampu untuk membeli BBM bersubsidi seharga BBM nonsubsidi. Bahkan rakyat kelas bawah yang merasa terdesak oleh keadaan pun pada akhirnya menyanggupi untuk membeli BBM bersubsidi dengan harga mahal.

BBM langka di SPBU. Dan ini peluang. Peluang untuk bisa memasarkan BBM nonsubsidi tanpa harus gembar-gembor dengan isu pencabutan subsidi BBM dan isu kenaikan harga BBM subsidi yang akan memberi dampak berantai.  Biarkan saja BBM subsidi langka di SPBU. Tapi wajibkan semua SPBU untuk menjual BBM nonsubsidi. Golongan ekonomi menengah ke atas takkan rela antri pagi – pagi berjam-jam untuk mendapatkan BBM bersubsidi. Mereka akan lebih memilih BBM nonsubsidi yang tidak diantri oleh orang kebanyakan. Bahkan golongan ekonomi lemah yang terdesak oleh keadaan dan waktu juga akan membeli BBM nonsubsidi demi menghindari antrian BBM bersubsidi. Dan juga perlu pengaturan jalur khusus untuk kenderaan roda dua, kenderaan roda tiga dan angkutan umum yang wajib untuk memperoleh BBM bersubsidi.

Salam reformasi.

Rahmad Daulay

9 juli 2011.

*   *   *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar