Jumat, 15 Maret 2013

Membangkitkan Wirausaha Mahasiswa


Gonjang ganjing kelangkaan kedelai, beras, minyak goreng dan komoditi pertanian lainnya  di pasaran.

Ada apa dengan pertanian ? Bukankah negara kita subur, tongkat dan batu bisa jadi tanaman ?

Saya punya tong sampah di samping rumah. Dan di sekitar tong sampah itu sering tumbuh tanaman yang berasal dari buangan sampah yang kececer keluar dari tong sampah, mulai dari cabe, jahe, kacang hijau, buah jambu, dan lain sebagainya. Artinya, tanpa punya keinginan untuk menanampun tanaman itu bisa tumbuh sendiri asalkan benih/ bijian tersebut berada di atas tanah. Dan tanah samping rumahku pun tidak subur subur amat, campuran tanah biasa dengan tanah liat sebagai tanah timbun.

Bila kita amati sistem kaderisasi di kalangan petani, boleh dikatakan kaderisasinya macet, artinya seorang bapak yang petani tidak akan mengkader anak – anaknya untuk jadi petani. Sang bapak akan menyuruh anaknya sekolah agar tidak seperti bapaknya yang hanya mampu menjadi petani. Status petani bukan merupakan status yang membanggakan. Dan tidak jarang sang bapak rela menjual sawah ladangnya demi sekolah anaknya.


Untuk ini perlu pola kaderisasi baru dalam bidang pertanian. Kita tidak bisa mengandalkan kaderisasi alami seperti di atas. Perlu rekayasa sistematis agar para mahasiswa terutama di fakultas pertanian untuk berwirausaha di bidang pertanian. Salah satu caranya adalah dengan menambahkannya ke dalam kurikulum pendidikan tinggi mata kuliah kewirausahaan sebanyak 1 SKS di mana pada perkuliahannya menerapkan 50 % teori 25 % PKL dan 25 % lagi proposal wirausaha. Bila tidak sanggup membuat proposal berarti nilai proposalnya 0 dan itu bukan masalah karena masih ada 75 % lagi yang bisa membawanya lulus. Dan bila ternyata proposalnya cukup layak untuk dipraktekkan maka proposal tersebut disampaikan dan dibiayai oleh pemerintah daerah (propinsi / kabupaten / kota ) atau pemerintah pusat / departemen atau bila layak secara ekonomis oleh swasta.

Dan ini bisa diterapkan di seluruh fakultas / jurusan. Saya melihat potensi wirausaha di kalangan mahasiswa sebenarnya cukup tinggi. Dulu saya pernah menemukan istilah PGRI (Persatuan Guru privat Republik Indonesia ), sebutan bagi rekan – rekan mahasiswa dulu yang terjun mencari uang tambahan untuk membiayai kuliah dengan menjadi guru privat untuk anak sekolah. Dan mereka tak segan segan mengiklankan dirinya di surat kabar.

Salam reformasi.

Rahmad Daulay

30 maret 2008

·           *   *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar