Jumat, 30 November 2012

Manajemen sampah


 Ada apa dengan sampah ?
 Sering kita mengapresiasikan sampah sebagai barang kotor, sisa – sisa pengolahan, barang tak berguna. Beberapa sumpah serapah sering mengutip kata sampah. Bahkan orang tak berguna sering dicap sampah masyarakat..
 Sampah biasanya dibuang ke tong sampah, bak sampah, ke paret, ke saluran air, ke sungai, sebagian lagi dibakar sendiri.
 Ketika kehidupan semakin komplek, terutama di perkotaan, sampah semakin menjadi masalah. Oleh pemda dibentuklah instansi yang membidangi kebersihan, ditetapkanlah lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Ditetapkanlah proyek pembuangan sampah, pengangkutan sampah, pembakaran sampah, mesin pembakar sampah, petugas pengangkut sampah, sampai pada jabatan – jabatan yang membidangi sampah. Ditetapkan anggaran pengelolaan sampah. Kesemuanya demi sampah.

 Haruskah kita menghabiskan sedemikian banyak hal hanya untuk mengurusi sampah ? Berapa anggaran negara yang dihabiskan demi sampah ? Jangan – jangan biaya pengelolaan sampah ternyata jauh lebih mahal dari nilai ekonomi bahan mentahnya.
 Di beberapa persimpangan jalan ada terlihat bak sampah ganda, bertuliskan sampah organik dan sampah nonorganik. Namun apa daya, bila dilihat isinya sama saja, campur aduk.
 Benarkah sampah hanya memiliki potensi tak berguna ?
 Ternyata tidak, ketika melintas di depan pedagang pupuk, ternyata ada menjual pupuk organik, yang diolah secara modern oleh salah satu BUMN yang membidangi pertanian. Dan harganyapun lumayan bersaing. Ini membuktikan bahwa ternyata sampah memiliki potensi ekonomi.
 Sekarang kehidupan ekonomi rakyat banyak yang susah hidupnya, ledakan penduduk tak terimbangi oleh penyediaan lapangan kerja. Dan potensi ekonomi sampah sebenarnya memiliki prospek untuk menjadi lapangan kerja informal bagi rakyat.
 Harus ada manajemen sampah yang tertata dengan baik dan terkendali sehingga biaya pengolahan sampah konvensional bisa dirobah menjadi pengolahan sampah berbasis lingkungan hidup dan berdampak ekonomi terhadap rakyat. Sudah waktunya BUMN yang memproduksi pupuk organik tersebut bekerjasama dengan elemen masyarakat daerah, LSM, karang taruna, ormas, OKP, OSIS dan pemda untuk menjalin kerjasama yang baik dan kontinu, bila perlu dibentuk anak perusahaan perdaerah sehingga manajemen sampah bisa terkoordinasi dan berjalan lebih terarah.
 Manajemen sampah bila diterapkan secara terpadu, di samping menghemat anggaran negara, juga bisa menjadi salah satu solusi pembukaan lapangan kerja dan peningkatan kehidupan rakyat, juga untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mengurangi ketergantungan terhadap pupuk nonorganik / kimia yang pada umumnya bahan mentahnya merupakan barang impor.
 Salam reformasi 
Rahmad Daulay
11 januari 2011  
*   *   *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar