TKI katanya penyumbang devisa
yang cukup besar Indonesia .
Namun banyak kisah sedih di balik layar, sebagian di antaranya terkespos di
media, seperti penyiksaan, pemerkosan, disetrika bahkan sebagian di antaranya
ada yang mati.
TKI, sama saja dengan pekerja
lainnya, seharusnya memiliki standar keterampilan yang memadai. Saya yakin
semua kisah suram TKI bermula dari keterampilan yang di bawah standar. Mungkin
nyuci pakaian kurang bersih. Mungkin menjaga bayi tidak mahir. Mungkin masak
makanan kurang matang. Mungkin menyapu tidak bersih. Dan banyak kemungkinan
lainnya. Malah beberapa informasi menyebutkan bahwa sebagian TKI tidak bisa
baca tulis dan berbahasa Indonesia .
Bisa dibayangkan dengan keterampilan yang di bawah standar mereka mengadu nasib
bekerja di negeri orang, padahal dengan keadaan yang demikian bekerja di dalam
negeri saja bisa berujung tidak baik.
Bagaimana kalau ternyata
penyaluran TKI gelap terus terjadi ??? Lembaga tunggal ini akan bekerjasama
dengan pihak kepolisian untuk mengusut siapa dan perusahaan mana yang melakukan
penyaluran gelap TKI untuk dilakukan penindakan.
Bagaimana dengan nasib TKI gelap tadi ??? Tak perlu dipulangkan ke
Indonesia. Lembaga tunggal bekerjasama dengan kedubes / konjen melakukan
pembinaan TKI sebagaimana yang dilakukan Indonesia tapi di negara tempat dia
tertangkap.
Selain TKI tradisonal,sudah waktunya dikonsolidasikan untuk mengelola TKI
terdidik berupa tamatan SMK / SMU terlatih.
Walau bagaimanapun juga, pengiriman TKI harus diprogram untuk sementara
saja. Indonesia merdeka adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, bukan untuk mengirim TKI.
Salam reformasi.
Rahmad Daulay
16 september 2010.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar