Senin, 26 November 2012

Preman


Konon kabarnya, pada suatu hari, sebuah mobil mewah mencoba berjalan melawan arus lalu lintas karena dari persimpangan tersebut sudah dekat dengan rumahnya, dari pada mutar lagi lebih baik melawan arus sedikit saja, pikirnya. Seorang petugas bidang lalu lintas langsung menyetop dan menghampiri dan menyuruh agar mobil mewah tersebut agar berjalan mengikuti arus walaupun rumahnya sudah dekat. Tapi apa daya, sang pemilik mobil mewah tak perduli dan berusaha berjalan terus. Kejadian tersebut terlihat oleh seorang preman yang biasa menjadi KPD (kepala preman daerah) dan biasa mengutip “uang keamanan” di sekitar tempat tersebut. Sang preman langsung membantu pak polisi dengan memukul mobil mewah bagian depan persis di depan sopir tersebut. Dengan kejadian tersebut langsung si pemilik mobil mewah banting stir dan mematuhi arus lalu lintas berjalan memutar dulu untuk menuju rumahnya.

Kejadian di atas menunjukkan sebenarnya preman, dengan berbagai stempel yang melekat di dirinya, memiliki sebuah potensi yang tidak dimiliki oleh kita semua. Potensi itu bernama “NYALI”. Preman memiliki nyali yang lebih kuat daripada kita – kita.


Sifat yang bernama nyali ini adalah sebuah potensi yang apabila kita kembangkan pada tempatnya akan sangat berguna dalam mendukung pembangunan bangsa.

Penyaluran potensi nyali dari preman tersebut sebagian besar berhubungan dengan yang namanya “keamanan”. Oleh karena itu apabila kita sepakat bahwa preman harus dibina maka mari kita bina para preman untuk menjadi pembantu aparat keamanan di berbagai sektor. Dengan pelatihan singkat dan pendidikan singkat para preman bisa direkrut menjadi aparat keamanan pamswakarsa terlatih dan terkoordinir.

Bila preman menjadi pembantu aparat keamanan di darat maka penggajian mereka bisa dari swadaya masyarakat yang membutuhkan jasa keamanan mereka. Mereka bisa jadi satpam atau hansip pada wilayah – wilayah yang membutuhkan keamanan seperti komplek pertokoan, komplek perumahan, pos keamanan jalan strategis dan lainnya.

Bagaimana dengan di laut ? Bisa juga mereka menjadi pembantu patroli keamanan laut. Dari mana menggajinya ? Di samping pendidikan dan pelatihan singkat, mereka juga bisa diberi kapal tangkap ikan sederhana sekaligus menjadi kapal patroli mereka. Hasil tangkapan ikan mereka itulah menjadi gaji mereka.

Apalagi para perompak laut akan segan beraksi apabila perompak tersebut tahu bahwa yang menjadi penjaga keamanan di laut ternyata mantan rekan seprofesi mereka, sama – sama preman.

Salam reformasi.

Rahmad Daulay

19 Januari 2009

*   *   *  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar